Pengalaman Liburan Kapal Pesiar Paling Singkat

 


                                                                                                   Kapal Empress Pullmantur



             Kapal pesiar khusus digunakan untuk wisata keliling dunia. Berlayar dalam waktu cukup lama dari pelabuhan satu ke pelabuhan lain, dari negara satu ke negara lain. Lima hari 4 malam termasuk paling singkat. Biasanya ada yang sebulan bahkan lebih. Kapal ini akan berkeliling antarpelabuhan dan akan kembali menuju pelabuhan asal. Hal itu sesuai dengan arti kata "pasear" (Latin) itu sendiri yaitu jalan-jalan atau mengembara. 

            Mengapa wisata ini menarik dan disukai oleh turis asing? Wisata ini menawarkan pemandangan laut. Oleh karena para penumpang lebih banyak menghabiskan waktu di kapal, maka kapal ini dilengkapi segala fasilitas layaknya gabungan antara hotel termasuk makan pagi, siang, dan malam, toko (mini market, toko suvenir, toko buku), enternainment (bioskop, musik, kasino, game), sport (fitness centre, renang, mini golf, climbing, bilyard, playground), perpustakaan, lukisan bila ingin dilukis dan lain-lain. Menawarkan all-inclusive prices termasuk semua minuman ringan, air mineral, jus, kopi dan minuman alkohol seperti bir, wine, (khusus liquor premium akan dikenakan additional charge). Oleh karena itu wisata ini tidaklah murah.  

         Persiapan utama yang diperlukan sebelum berangkat adalah kesehatan. Angin dan mabuk laut akan menjadi hari-hari selama di kapal. Obat mabuk laut sudah disiapkan di resepsionis kapal. Seperti naik pesawat, waktu check in sebaiknya 1-2 jam sebelum berangkat karena bila terlambat bisa ditinggal. Begitu juga saat check in setelah tiba di destinasi satu untuk melanjutkan menuju destinasi selanjutnya. Jangan sampai ketinggalan atau tertinggal adalah tiket dan dokumen perjalanan seperti paspor dan visa bila melewati batas negara. Paspor biasanya ditahan di resepsionis kapal. Untuk menghindari paspor hilang, saat turun di salah satu destinasi, penumpang biasanya mendapat dokumen perjalanan pengganti paspor yang dikeluarkan oleh kapal lengkap dengan nomor kontak agar apabila terjadi sesuatu misal ketinggalan kapal, dapat segera menyusul menggunakan alternatif transportasi lain dengan memberitahu terlebih dahulu.

         Banyak kesempatan liburan menggunakan kapal pesiar di Lisabon karena pelabuhannya terletak di sudut kota tidak jauh dari kantor KBRI saat kami bertugas disana. Kota Lisabon memang terletak di pinggir Sungai Tagus (Rio Tejo – Bahasa Portugis). Perjalanan menuju kantor dari tempat tinggal di Estoril menyusuri sungai ini sehari-hari menggunakan kereta. Keputusan mencoba wisata bersama keluarga menggunakan kapal pesiar tidak sia-sia dan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. 

Kapal pesiar Empress Pullmantur. Kapal berbendera Malta dengan luas 692 x 100 feet berkapasitas 1840 penumpang dan 814 cabin crew. Semua akomodasi seperti hotel pada umumnya yang terdiri dari tempat tidur sesuai pilihan dan harga king atau double single size, lemari, dan kamar mandi mungil, safety box, telepon, televisi, hair dryer, handuk, selimut, sandal kamar. Pilihan kamar terdiri dari view laut dengan balkon atau tanpa balkon dan lorong.

Pada akhir musim panas bulan Oktober 2010, kebetulan ada jadwal kapal pesiar “Empressa Pullmantur” saat long weekend. Harganya paling murah berhubung menjelang musim dingin. Rupanya saat musim dingin semua kapal pesiar akan istirahat/libur/tidak jalan karena cuaca dingin tidak memungkinkan kapal pesiar untuk travelling. Rute yang kami pilih adalah yang paling singkat karena paling murah yaitu rute Lisbon, Portugal – Tangier, Maroko – Malaga, Spanyol. Melewati tiga negara, yaitu Portugal, Maroko, dan Spanyol serta dua benua, yaitu Eropa dan Afrika. Harganya 540€ (sekitar Rp8.640.000 kurs 1€ = Rp16.000) per kamar untuk 2 orang selama 5 hari 4 malam. Berarti Rp1.080.000,- per orang/malam. Kami sekeluarga berlima. Kami memesan 2 kamar. Yang paling kecil berumur kurang dari 11 tahun jadi masih gratis. 

Kapal pesiar ini berangkat dari Pelabuhan Santa Apolonia melewati Jembatan 25 de Abril (Ponte 25 de Abril) yang membentang di tengah kota Lisbon berseberangan dengan Almada. Jembatan merah ini desainnya mirip dengan San Francisco-Oakland Bay Bridge di San Fransisco karena dibangun oleh perusahaan yang sama.

  Tagus River

Hari 1 : 16.00 Kapal meninggalkan Lisbon menuju Tangier, Maroko. Malam itu mulai bermalam di kapal.

Hari 2 : 13.00 tiba di Tangier, Maroko. Ada kesempatan sekitar 8 jam untuk mendarat melihat kota Tangier hingga waktu kapal berangkat lagi pukul 22.00. Ini malam kedua menginap di kapal menuju Malaga, Spanyol.

Hari 3 : 07.00 Tiba di Malaga. Ada kesempatan sekitar 10 jam untuk melihat Kota Malaga hingga pukul 18.00. Ini malam ketiga menginap di kapal menuju Portimao, Portugal.

Hari 4 : 10.00 Tiba di Portimao. Ada kesempatan 8 jam melihat Kota Portimao hingga pukul 19.00.

Ini malam keempat menginap di kapal menuju Lisbon.

Hari 5 : 08.00 tiba di Pelabuhan Santa Apolonia, Lisbon.


Lorong kamar 


Begitu masuk kapal, para kru kapal berbaris menyambut penumpang satu per satu. Tidak menyangka kru yang menyambut kami adalah seorang yang berasal dari Makasar. Diantarnya kami menuju kamar dimana kopor kami sudah tiba lebih dahulu di depan kamar kami. Setelah itu kami diberitahu untuk bersiap-siap bila mendengar bunyi sirene tanda seluruh penumpang disarankan turun ke dak depan untuk mulai mengikuti emergency drill untuk mendapat arahan cara-cara menghadapi keadaan darurat di kapal. Ketentuan ini sebenarnya wajib diikuti oleh seluruh penumpang dan harus dilaksanakan dalam kurun waktu sebelum 24 jam berada di kapal. 

Emergency drill

Ada juga kesempatan gala dinner ala table manner yang lebih resmi dengan pakaian yang agak resmi. Pada saat itu diperkenalkan dengan seluruh top international officer yang berasal dari berbagai negara. Kebetulan salah satu top officer tersebut adalah master chef dari Indonesia, namanya Wahyu berasal dari Bandung. Topi Wahyu paling tinggi diantara chef lainnya menandakan bahwa dia adalah seorang yang mengepalai para chef  lainnya. Keistimewaan seorang kepala adalah mendapat kamar sendiri. Yang lainnya bisa ber-4 dalam satu kamar. 

Bersama Wahyu, Master Chef Indonesia

Malam pertama setelah makan malam, cuaca mulai buruk. Saat itu merupakan awal musim dingin. Kecepatan angin di laut begitu kencang tidak normal terlihat dari pantauan monitor di kamar. Mulai terjadi was-was. Membayangkan kejadian di Kapal Titanic. Hari pertama mencoba mengenal untuk menghapal keadaan sekitar kapal seperti letak lift, pintu keluar masuk, restoran, resepsionis, klinik, dan lain-lain. Keadaan semakin memburuk. Orang-orang berjalan menuju kamar dengan berpegangan ke besi yang menempel di dinding kapal karena jalannya mulai seperti orang mabuk oleng karena ombak makin besar. Banyak juga orang yang mual,  pusing, dan muntah. Makan apel hijau seperti yang disarankan kru restoran agar tidak mabuk laut dan minum obat anti mabuk, kami mulai beristirahat namun mata tidak dapat terpejam hingga menunggu ombak reda sekitar tengah malam menjelang pagi. 

Pengalaman disuguhi ombak yang cukup tinggi hingga kapal goyang seperti gempa skala 7 mungkin, bagi kru kapal hal itu sudah biasa. Klinik di kapal sudah mengantisipasi kejadian seperti itu dengan menyediakan obat anti mabuk juga kantong kertas untuk tempat muntahan, buah apel hijau yang konon berkhasiat bisa mengurangi rasa ingin muntah. Goyangan ombak kapal tidak jelas diumumkan namun informasi dari kru kapal yang kami terima esok harinya kabarnya antara 5-6 meter. Membayangkan ombak sebesar itu sungguh membuat kami melongo. Ombak itu kira-kira setinggi rumah. Sementara kalau melihat di televisi, dengan ombak setinggi itu nelayan saja sudah tidak berani melaut. Rupanya, supaya penumpang tidak panik, informasi gelombang laut biasanya memang tidak diumumkan secara jelas namun kondisi, kecepatan, dan lokasi kapal dapat dilihat di monitor yang tersedia di setiap kamar.  Kru kapal semua bekerja profesional sesuai dengan tugas dan fungsinya, ada nakhoda, teknisi (body kapal, listrik, cat kapal dan lain-lain), dokter, pelayanan kamar (cleaning service, room boy), pelayan restoran (chef, waiter, cook), dan lain-lain.  

Saat sarapan keadaan sudah normal dan bersiap-siap untuk turun kapal melihat Kota Tangier (Bahasa Arab, Tanger – Bahasa Spanyol) yang berada di ujung negara Maroko (ujung utara benua Afrika berseberangan dengan Spanyol. Dari arah Lisbon ke Kota Tangier melewati Selat Gibraltar. Apabila ingin menyeberang ke Kota Tarifa kota paling ujung selatan Spanyol bisa menggunakan kapal ferry selama 30 menit dengan tarif sekitar €35. Mata uang Euro berlaku juga di Maroko yang menggunakan Dirham. Orang Maroko menggunakan 3 bahasa, yaitu Bahasa Arab, Perancis, dan Spanyol. 

Di Tangier, pilihan yang dapat diambil hanya 6 hours walk tour. Jadi kami berkeliling pusat Kota Tangier saja, disana bisa membeli suvenir kecil seperti bendera, karpet, sandal kulit, topi khas maroko, boneka onta, bantal kulit dan ke pasar mencicipi kue khas Maroko serta ke padang onta. Tidak lupa mengambil spot beberapa foto. Tepat pukul 21.00 sudah harus kembali ke kapal. Masih ada waktu untuk makan malam di kapal. Selesai makan malam, untuk mengenali kapal, kami mengelilingi setiap sudut kapal (tour de cruise) sebentar sebelum menuju kamar tidur.

 Tangier

Malam berikut perjalanan menuju Malaga lebih tenang.  Tepat pukul 07.00 kapal mulai bersandar di Pelabuhan Malaga. Kami merencanakan naik Bus Hoff on Hoff off (HoHo) untuk mengelilingi Kota Malaga yang dikenal sebagai kota kelahiran pelukis Pablo Picasso. Singgah di beberapa tempat lokasi bus naik/turun penumpang dan menikmati La Malagueta beach.

  Malaga



Pukul 18.00 sudah tiba di kapal. Selesai makan malam sambil menikmati sun set, digunakan untuk menikmati fasilitas kapal seperti melihat pelukis, bioskop, berenang, dan lain-lain. Juga menikmati detik-detik menyeberang Selat Gibraltar untuk kembali menuju Portugal. Selat ini berada di antara pantai selatan Spanyol dan pantai utara Maroko, Selat ini menjadi pertemuan air dari Samudera Atlantik dan Laut Mediterania. Air dari dua laut yang berbeda itu tak menyatu. Air dari Atlantik mengalir di atas arus Mediterania yang lebih asin dan berat. Ketika air dari Mediterania meninggalkan selat, air itu mengalir di atas dasar lautan yang tiba-tiba muncul, menghasilkan serangkaian gelombang internal. Selat Gibraltar menjadi salah satu selat tersibuk di dunia. Alkisah pada tanggal 29 April 711, pasukan Thariq mendarat di Gibraltar (nama Gibraltar berasal dari bahasa Arab, Jabal Tariq yang artinya Gunung Thariq). Setelah pendaratan, Thariq telah mengobarkan semangat jihad kepada pasukannya untuk berperang dengan bersungguh-sungguh karena Allah. 


 Fasilitas kolam renang

Perjalanan masih dilanjutkan ke Portimao, sebuah kota kecil di sebelah Barat Portugal di tepian Samudera Atlantik tiba pukul 10.00. Ada waktu untuk singgah di kota ini hingga pukul 19.00. Portimao dekat dengan Algarve dan Faro, kota yang disukai turis asing untuk tinggal menetap karena memiliki cuaca semi tropis dengan udara yang tidak terlalu dingin dan matahari bersinar terang dengan pemandangan pantai di lautan lepas Atlantik. Produksi ikan yang melimpah ruah dan nelayan yang cukup modern. 

Portimao

Bermalam terakhir di kapal diisi dengan menikmati suasama kapal di malam hari. Deburan ombak, penumpang keluarga, kakek nenek, sekoci (lifeboat). Rupanya kapasitas sekoci tidak boleh lebih dari 150 orang dengan berat rata-rata 75 kg per orang. Jumlah sekoci harus dapat menampung seluruh penumpang. Konon kapasitas kapal dapat dihitung dari jumlah sekocinya. 

Sekoci

Selesai sudah perjalanan wisata kapal pesiar dan tibalah kami kembali di Pelabuhan Santa Apolonia, Lisbon. Saat turun kapal, bertemu dengan WNI yang sedang melakukan tugas membersihkan dan mengecat kapal yang biasa dilakukan saat kapal bersandar di pelabuhan. Kesempatan untuk melakukan foto bersama. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, ada yang dari Bali, Tegal, Semarang, Blitar, Lombok, dan lain-lain. Di kapal itu rasanya seperti Indonesia kecil karena ada beberapa suku disana. Betapa senangnya bisa bertemu mereka dan merekapun senang bertemu kami. Begitu kami tiba di kapal saja, berita langsung meluas ke seluruh WNI di kapal. Kami pun dicarinya pada saat-saat seperti makan pagi atau malam hanya untuk sekedar “say hello”, ngobrol, dan bercerita. Menurut informasi mereka hampir 50% cabin crew adalah WNI. Komposisi yang cukup banyak untuk sebuah kapal pesiar yang pekerjanya berasal dari berbagai negara. Pekerja WNI rupanya lebih disukai oleh karena sikap ulet dan pekerja keras dibanding asal negara lain yang cenderung malas dan santai.  

 WNI teknisi kapal

Bisa dibayangkan, apabila penumpang di dalam kapal pesiar terkungkung terapung di lautan berminggu-minggu akibat suatu kota dikarantina saat terjadi wabah penyakit seperti Corona. Kota tersebut tidak boleh menerima penduduk asing atau pendatang apalagi dari tempat yang jauh dan sudah singgah di beberapa tempat lain. Dikhawatirkan akan membawa penyakit baru. 

Kapal pesiar juga menawarkan periode panjang untuk tinggal di kapal bisa sampai 6 bulan. Bagaimana tidak senang tinggal di kapal. Semua fasilitas ada dengan  full service. Perbandingan paket wisata kapal pesiar yang ada di Indonesia, contoh Pacific Explorer Cruise, 18 malam, tema “Islands of Indonesia, Top End and the Tropics” rute kombinasi kapal pesiar dan pesawat dari Australia terbang ke Singapura, Benoa, Lombok, Komodo, Darwin, Port Douglass, Cairns, kemudian terbang ke Sydney. Harganya Aus $2.699 (Rp28.339.500 bila 1 Aus$ =Rp10.500) untuk 2 orang. Berarti Rp787.208,- per orang/malam.

 Alternatif wisata yang perlu dicoba bukan? Cocok untuk peluang wisata antarpulau di Indonesia. Mengembalikan kejayaan nenek moyang sebagai pelaut ulung di negara maritim. Tentu fasilitas kemaritiman perlu dikuatkan terlebih dahulu agar masyarakat tidak khawatir dengan keamanannya.*























Tidak ada komentar untuk "Pengalaman Liburan Kapal Pesiar Paling Singkat "

close