MENEMUKAN PASSION MENULIS
MENEMUKAN
PASSION MENULIS
Kegiatan
menulis yang kugeluti sampai saat ini sebenarnya tidak sengaja. Sejak 5
Maret 2000, selesai dilantik menjadi Fungsional Penata Kanselerai Muda, masih
bingung mau nulis apa. Setelah dilantik sudah mulai dihitung angka kreditnya.
Sudah membayangkan Juni harus mengajukan angka kredit.
Tiba-tiba saja 1 April, sepulang dari
berkegiatan di Bali, terjadi lockdown
Kemlu termasuk banyak kantor di seluruh Jakarta. WFH selama 1 bulan penuh. Tidak
banyak yang bisa dilakukan saat WFH tersebut. Pekerjaan rutin kantor dilakukan
di rumah. Di sela-selanya paling membereskan gudang yang selama ini
terbengkalai. Sejak pulang posting
tidak sempat menyentuhnya .
Pada bulan Mei baru terpikirkan untuk
melakukan suatu hobi seperti teman-teman lain. Saat pandemi dimulai banyak
orang mulai menekuni hobi. Ada yang memilih tanaman, ikan, nulis, nyanyi,
masak, sepeda, dan lain-lain. Di komplek tempat tinggal saya, hampir semua orang
mulai menanam sayuran atau bunga di halaman rumah yang sangat terbatas. Ketua
RT menyediakan lahan kosong umum, dan tanah beserta pupuk, benih tanaman, dan
benih ikan. Suami saya bergabung membantu membuatkan rak tanamannya.
Namun saya lebih memilih ikut kelas
menulis. Saya mencari-cari kelas online yang gratis sambil mempertimbangkan
kelas berbayar. Melihat kelas-kelas tersebut dan mengukur kesanggupan
memenuhi tugas, serta memilih yang cocok untuk memenuhi tugas angka kredit.
Sampailah
pilihan pada kelas berbayar menulis buku selama 1 bulan. Inilah awal
kepenulisan saya. Seringnya kegiatan ini dilakukan pada malam hari setelah
pukul 20-22 melalui grup WA. Kami mendapat materi kepenulisan seperti KBBI, PUEBI,
editting, diksi, jenis-jenis tulisan, dan lain-lain. Setelah mendapat materi itu
mulailah timbul kepercayaan diri untuk menulis. Setiap minggu kami wajib
menyetor naskah sebanyak 1 bab. Untuk itu, setiap hari saya mengulik referensi
dari berbagai sumber yang saya miliki sewaktu diklat dulu, mencari informasi
dari internet, mencocokkan ke teori-teori, dan lain-lain. Kami diberi target
untuk menyetorkan naskah minimal sekitar 100 halaman. Akhirnya dalam 1 bulan selesailah
diperoleh 5 bab. Hanya berhasil sampai 90 halaman tidak bisa lebih.
Rencananya
tulisan ini sekadar membuat ringkasan untuk diri sendiri saja. Belum PD untuk
dibukukan. Apalagi saat melihat karya teman lainnya. Umumnya mereka membuat
jenis fiksi.
Draft
naskah tersebut dikirim kepada mentor. Sebelumnya saya minta anak sulung untuk
mengedit. Dari mentor ada juga hasil edit seperti paragraf yang
tidak menjorok, tanda baca, huruf besar kecil. Memang hasil tulisan ini belum begitu sempurna. Tim editor
dari penerbit juga tidak mengetahui banyak mengenai isi substansi. Pada akhir
November, jadilah buku tersebut.
Buku
tersebut saya coba tunjukkan dan tanyakan ke Pusbinjabfung c.q. Mas Imam jika
bisa diajukan sebagai angka kredit. Tak disangka saya mendapat apresiasi karena
belum ada yang membuat seperti saya. Teman-teman di BPO juga merasa
terinspirasi.
Tidak berhenti sampai di situ. Di
sela-sela menunggu buku dicetak. Ada
Call for Papers dari BPPK Kemkeu deadline 31 Agustus. Jenis tulisan ini
adalah jurnal ilmiah. Saya sudah merasa lebih PD membuat tulisan. Beberapa
gambaran sudah didapatkan ketika menulis buku. Diawali dengan mencari informasi
sebanyak-banyaknya tentang penulisan jenis jurnal di youtube, dan mempelajari
template jurnal dari BPPK, mulailah saya menulis jurnal yang dipubikasikan untuk
pertama kalinya.
Ketika hendak menentukan tema paper
yang cocok, dengan mudah saya memutuskan memilih salah satu bab dari buku yang
saya tulis. Studi kasus tentang social
security yang saya geluti banyak ketika bertugas di KBRI Brussel. Dalam 1
bulan saya berhasil menyelesaikannya dan mengirimkan naskah tersebut ke panitia
melalui aplikasi OJS (Open Jurnal System). Lagi-lagi saya minta anak sulung untuk mengeditnya. Saya juga
diajari melakukan pengecekan plagiarisme
sendiiri melalui https://plagiarismdetector.net/id. Untuk
menghindari plagiasi, saya diajarinya juga membuat parafrase kalimat. Alhasil
tulisan saya minim plagiasi. Hanya sebatas kutipan yang wajar. Koreksi dari tim
reviu BPPK juga cukup melengkapi tulisan menjadi lebih baik.
Ketika
dilakukan presentasi memang cukup membuat grogi. Pengalaman yang tak
terlupakan. Berharga sekali ketika mendapat masukan dari peserta simposium yang
dihadiri oleh sekitar 50 orang dari beberapa instansi dan sesama penyaji paper.
Panitia menganggap tema tulisan saya menarik dan bisa menjadi bahan kajian
instansi terkait lebih lanjut.
Kedua
tulisan saya tersebut, buku dan jurnal, telah diajukan untuk angka kredit pada
bulan Desember.
Alhasil
pada Februari, di waktu yang mepet seujung tanduk, saya mendapat izin
mengajukan diri untuk mengikuti ujian kompetensi menjadi Fungsional Penata
Kanselerai Madya.
Kegiatan
menulis yang saya ikuti cukup membantu ketika mengikuti ujian kompetensi ini.
Hasil psikotes menunjukan hal positif. Dinyatakan saya memiliki kemudahan dalam
berbahasa dan lebih cair atau mudah menghadapi segala situasi. Lebih cocok bertindak
sebagai eksekutor yang akan menyelesaikan di ujung daripada sebagai pemberi
input.
Masukan
yang diberikan oleh konsultan saat mengikuti ujian kompetensi ini sungguh
sangat berharga. Membuat saya lebih PD meskipun menjadi Ahli Madya banyak
tantangannya. Di antaranya harus memimpin teman-temannya, harus berani tampil
dan mengambil keputusan, memberikan rekomendasi kepada pimpinan, menjadi
teladan, mempunyai sistem misalnya dalam hal mengatasi perbedaan dalam
lingkungan bekerja maupun tinggal, dan yang pasti menghasilkan karya.
Kegiatan
menulis ini membuat saya ketagihan. Saya merasa haus ilmu. Merasa masih kurang.
Merasa masih banyak yang harus digali lagi. Beberapa kelas yang menarik bagi
saya dan merasa sanggup, saya ikuti seperti senandika 1 minggu, yaitu menulis ringan
mengenai kegiatan sehari-hari, menulis 1 bulan penuh di bulan Januari pada saat
kegiataan kantor vaccum, atau kelas
editing, kelas copywriting, kelas non fiksi, dan kelas ASN Menulis.
Di
kelas-kelas tersebut banyak kesempatan berlatih. Mengingat menulis adalah
ketrampilan bukan bakat, oleh sebab itu mesti banyak latihan. Saya juga banyak
bergabung di beberapa komunitas menulis untuk tujuan melihat contoh-contoh
tulisan teman yang baik. Di antaranya, Komunitas Menulis Online (KMO) yang
telah diikuti oleh hampir 1 juta penulis pemula maupun mahir, Komunitas ASN
Menulis terdiri dari sekitar 1 ribuan peserta dari berbagai instansi
pemerintah.
Berkat
mengikuti kelas-kelas menulis tersebut, tulisan saya sekarang lebih baik. Beberapa
editor menyampaikan hasil tugas saya dikatakan minim kesalahan tanda baca.
Secara subtansi, khususnya penulisan artikel atau opini untuk dikirimkan ke
media masa, masih banyak kekurangan karena belum sesuai kaidah kepenulisan. Ini yang
masih harus saya kembangkan.
Apakah ini yang dinamakan passion? Apakah saya baru menemukan passion itu? Yang jelas saya bisa menulis
dengan panjang dan lancar, bila yang saya tulis itu adalah hal yang sangat
dekat yang saya alami. Seperti tulisan ini. Dalam waktu 3 jam bisa selesai. Berbeda
bila bukan yang saya alami.
Pesan: Tidak ada jalan
yang bisa diperoleh dengan mudah tanpa belajar. Seperti menulis, mustahil bisa
menulis dalam waktu singkat, apalagi tidak suka membaca. Kelebihan
kegiatan menulis adalah bisa dilakukan oleh semua orang pada segala umur.
Depok, 20 Juni
2021
Tidak ada komentar untuk "MENEMUKAN PASSION MENULIS"
Posting Komentar