MENULIS SEJARAH
DI CATATAN PERJALANANKU

Perjalanan hidup
seseorang ataupun suatu bangsa tidak ada yang mulus. Semuanya berliku. Riang gembira, duka lara, gagal sukses.
Semua harus dinikmati. Seperti juga perjalanan hidupku. Ingin kucatat sebagai
pengingat bukan untuk mengungkit duka tapi pembangkit rasa. Sama halnya
perjalanan suatu bangsa. Kalau saja yang diserahkan Belanda kepada Inggris adalah Pulau Run di Kepulauan
Banda dan bukan Manhattan, mungkin nasib Maluku akan berbeda tidak seperti
sekarang. Ah sejarah memang penuh misteri.
Menulis sejarah
suatu bangsa,
lebih menarik dan bermanfaat bila memiliki keterkaitan dan pengaruh terhadap
Indonesia.
Mengungkap tentang
Taman Sari (1758) Yogyakarta yang ada kaitannya dengan pengaruh Portugis.
Arsiteknya adalah seorang Portugis yang mendapat julukan Demang Tegis. Sempat
runtuh berpuing-puing saat dilanda gempa. Sebagai salah satu dari 100 Warisan
Budaya Dunia, taman ini perlu tetap dijaga kelestariannya. Menulis tentang
sejarah sama dengan menulis tentang diri. Dari awal hingga akhir. Dari lahir
hingga mati. Lambat laun akan menghilang dan dilupakan. Seperti Taman Sari.
Bangunan bisa hancur. Tulisan tentangnya bisa hilang. Tapi ceritanya tetap
abadi akan dikenang.
Taman Sari
berkaitan dengan Portugal, maka yang menarik untuk ditulis mulai dari informasi
tentang jarang dipublikasikannya literatur Arab telah menguasai Bangsa Portugis
selama 500-an tahun sejak 711-1249. Kekejaman saat perang seakan disembunyikan.
Mungkin hal itu untuk melupakan sejarah masa lampau agar tidak terulang
kembali. Atau melupakan keburukan yang sudah dilakukan. Pentingkah literatur
bagi suatu bangsa? Jelas penting. Bisa menjadi acuan, bahan penelusuran,
berpikir ilmiah, belajar dari masa lalu agar kegagalan tidak terulang, dan
lain-lain.Sebagaimana Napoleon Bonaparte pada puncak karir militernya
menyatakan “Hanya ada dua kekuatan di dunia ini, yakni pedang dan pena. Dan
pada akhirnya yang terakhir ini selalu menaklukkan yang terdahulu”.
Banyaknya catatan
peninggalan Arab di Portugal yang tidak boleh dilupakan. Diantaranya 600-an
kata berasal dari bahasa Arab contoh
nama daerah yaitu Alcântara,
Algarve, Alentejo. Banyak kastil sebagai tempat pertahanan bangsa Portugis
melawan bangsa Moor. Peninggalan kastil-kastil ini menjadi tempat wisata
menarik untuk dikunjungi saat ini. Musik Fado dengan mandolin mirip gaya musik
Arab. Dekorasi keramik warna biru yang dikenal dengan Azulejos (al-zulayi,
"batu dipoles") juga merupakan tradisi dekorasi Arab. Orang Arab juga
memperkenalkan pertanian disana. Banyak pohon zaitun (oliveira). Minyak dan
buahnya menjadi konsumsi sehari-hari. Macam-macam sajian dicampuri minyak
zaitun saat makan roti, salad, nasi, ataupun menumis sayuran.
Setelah sekian lama dikuasai Arab, Portugal ingin juga menguasai dunia.
Dokumen Perjanjian Tordesillas 1494 mewujudkan keinginan orang
Spanyol dan Portugis, yg sedang berjaya pada masa itu, untuk berlayar menguasai
dunia. Berdasar perjanjian itu, dunia dibagi dua, mulai Kepulauan Cape Verde,
Afrika ke Barat dikuasai Spanyol dan ke Timur dikuasai Portugis. Bila tidak ada
perjanjian tersebut, niscaya bangsa Portugis bisa tiba di Banda, penghasil Pala
yang terkenal mahal saat itu. Hingga
agar tetap menguasai Pulau Run, Belanda berani menukar wilayah kekuasaannya di Manhattan kepada Inggris. Tertuang pada Perjanjian Breda 1667. Belajar dari sejarah
Bangsa Portugis ini, dulu berkuasa sekarang gigit jari, maka hati-hatilah suatu
dokumen bisa menguasai dunia tetapi bisa juga menghancurkannya.
Peninggalan budaya
dan keturunan Portugis yang tinggal di Kampung Tugu, Cilincing, Jakarta Utara,
akibat adanya akulturasi budaya, lambat laun juga mulai punah. Jumlahnya
semakin lama semakin sedikit. Melacak jejaknya pun sulit karena sudah tersebar
kemana-mana. Keturunan yang ada saat ini merupakan campuran antara Malaka,
Ambon, Betawi dan lainnya. Tidak adanya catatan silsilah keluarga membuat semakin
sulit upaya penelusurannya. Ketika keturunan yang ada ingin bercerita tentang
nenek moyangnya, tidaklah mudah karena sumbernya terbatas. Apalagi dokumentasi
yang tertinggal hanya foto usang tidak ada informasi tahun ataupun nama. Tidak seperti dinasti keraton yang silsilah
keturunannya disimpan dengan baik sampai puluhan keturunan; Atau orang awam,
lima keturunan pun sudah sulit dilacak.
Jejak Portugis
lainnya adalah bahasa. Diantara bahasa-bahasa yang mempengaruhi Bahasa
Indonesia yaitu Sansekerta, Belanda, Inggris, Arab, Bahasa Portugis termasuk
paling besar pengaruhnya. Konon telah meninggalkan jejak berupa 2000-an kata
serapan. Lihat kalimat : “Minggu pagi, rencanaku pergi ke pasar seberang
gereja untuk membeli kemeja, bola, bendera, dan menukar sepatu. Sebelum pergi, sarapan dua bolu mentega topping keju yang ada di atas meja”.
Sekilas kalimat di atas adalah murni bahasa Indonesia. Namun apabila diselidiki
asal usulnya (etimologi), kata bergaris bawah merupakan serapan dari bahasa
Portugis. Sebelum menulis, baiknya kata serapan dipelajari dengan benar. Karena
bahasa yang kita tulis, mirip kita, terbentuk dari banyak hal yang mempengaruhi
kita.
Sejarah menjadi objek alasan yang menarik untuk ditulis bukan? Sejarah
menjadi bagian dari catatan perjalanan hidup setiap orang dan bangsa. Sarana
aktualisasi sesungguhnya.
Untuk menambah rasa percaya diri, menulis
sejarah juga perlu dilengkapi dengan kemampuan bahasa dan pengetahuan tata cara
menulis. Itulah mengapa diantara penulis, seorang penulis pemula akan dipandang paling bagus
meskipun baru menerbitkan satu karya. Seperti kutipan
Menteri Luar Negeri, Ibu Retno Marsudi pada kongres diaspora yang kelima di
Jakarta (2019) “Seorang yang mempunyai talenta atau kemampuan lebih penting
dibandingkan seorang sarjana yang tak bisa apa-apa”. Diaspora Indonesia, adalah orang-orang Indonesia yang menetap di
luar Indonesia. Kisah sukses
mereka bagai
pepatah Portugis terkenal yaitu “em terra de cego, quem tem olho é rei” atau “Among the blind, a one-eyed man is king”. Mereka memiliki pengalaman
bahasa yang membentuk menjadi lebih percaya diri.
Berkurangnya rasa percaya diri sering timbul setelah membaca kembali tulisan sendiri. Rasa malu untuk men-share-nya
di media sosial. Merasa tidak berkarya sastra. Takut dikomentari dan tidak sanggup
menerima kritikan. Merangkai kata agar bermakna bukan hal mudah. Padahal tidak
akan ada karya tulisan yang sama. Betapa banyaknya sudut pandang yang dapat
ditulis untuk menggambarkan satu tema saja.
Menulis merupakan sebuah kreativitas. Pepatah
Portugis “A necessidade é a mãe da invenção” (Necessity is the
mother of invention) atau kebutuhan adalah ibu dari semua inovasi)
mengingatkan teori Abraham Maslow. Kreativitas lahir karena ada
kebutuhan. Kebutuhan tahap yang mana? Kebutuhan penghargaan (Esteem Needs) menyangkut prestasi dan prestise. Setelah menulis,
ingin dihargai atau dipuji. Masihkah galau bila tidak ada yang me-like, comment, follow? Atau kebutuhan
aktualisasi diri (Self Actualization)? Ini kebutuhan
tertinggi dan paling sulit dilaksanakan karena perlu keikhlasan dan kerendahan
hati, mengakui pendapat, kebenaran, kehebatan orang lain. Kebutuhan ber karya
yang ditulis dengan ikhlas tanpa berharap penghargaan.
Keterampilan
menulis sejarah patut disebarluaskan karena sesungguhnya menulis sejarah adalah
menulis fakta, bukan hoax. Sekarang ini masih ada saja berita berhadiah zonk
via media sosial. Dilakukan semata untuk memperoleh penghasilan dengan cara
mudah, yaitu menipu orang lain. Mengapa menulis demikian? Bisa jadi karena
meniru setelah melihat, mendengar, kemudian ingin menyebarkan seperti yang
telah dilakukan orang lain.
Pesan dari tiga kera bijak “Jangan melihat kejahatan, jangan mendengar hal
jahat, jangan berbicara jahat” (See no
evil, hear no evil, speak no evil).
Oleh karena itu, sebaiknya tidak menulis hal yang terlihat, terdengar, dan
terucapkan orang lain yang tidak benar. Menulislah tentang kebaikan, tentang
fakta, salah satunya tentang sejarah, bukan hoax,
karena kebaikan akan ditiru pembaca. Ini salah satu cara menghentikan
penyebaran berita bohong.
Depok, 8 Agustus 2020
Tentang Penulis:
Yuli Astuti,
lahir di Bandung. Memiliki suami dan 3 anak. Sedang belajar menulis. Tercatat
sebagai PNS di Kementerian Luar Negeri. Pernah bertugas di KBRI Lisabon dan
Brussel. Masa kecil dihabiskan di lingkungan PINDAD Bandung. Dibesarkan di
Kebumen dan Yogyakarta, merantau ke Jakarta, tinggal di Depok.@yuliastuti270 dan
workayuliastuti.blogspot.com.
http://artikel.ruangnulis.net/2020/08/menulis-sejarah-di-catatan-perjalananku.html
Tidak ada komentar untuk "MENULIS SEJARAH DI CATATAN PERJALANANKU"
Posting Komentar