DARI LISABON KE BRUSSEL
Kesempatan penempatan (posting) di Perwakilan RI di luar negeri kujalani setelah bekerja 17 tahun di Kementerian Luar Negeri. Melalui berbagai tahapan, perjuangan, kendala, rintangan, tantangan yang bermacam-macam. Masuk pertama kali tahun 1991 berbekal ijazah SMA. Lalu kutekadkan untuk bekerja sambil belajar hingga meraih sarjana agar bisa naik pangkat dan hidup lebih baik.
Usahaku tidak selesai disitu. Saat Kemlu memberi kesempatan stafnya untuk dididik persiapan menjadi staf kanselerai di 132 Perwakilan RI di luar negeri, aku belajar lagi lebih keras karena harus lulus. Singkatnya Maret 2008 mulailah tugas pertamaku di KBRI Lisabon, Portugal, salah satu dari 132 Perwakilan RI di luar negeri. Keluarga lengkapku, suami dan 3 anak (laki 12 tahun, perempuan 10 tahun, laki 4 tahun) turut serta menemani hari-hariku bekerja disana.
Statusku sebagai staf kanselerai, yaitu membantu para diplomat mengemban tugasnya melakukan diplomasi dengan negara Portugal. Tugas diplomat sudah banyak yaitu representing, promoting, protecting, negotiating, dan reporting. Dalam urusan administrasi dan masalah di luar substansi diplomasi, mereka perlu didukung oleh fungsi penunjang yang terdiri dari petugas komunikasi, staf kanselerai, dan pegawai setempat (local staff). Staf kanselerai mempunyai tugas khusus menangani bidang keuangan, barang milik negara, ketatausahaan, dan kepegawaian.
Terbayang disana dengan jumlah 5 diplomat, 1 petugas komunikasi, 1 staf kanselerai, dan 12 pegawai setempat, serta 100-an orang masyarakat Indonesia yang tinggal menetap tersebar di beberapa kota di Portugal. Kesembilan belas pegawai yang bekerja di KBRI ini termasuk sedikit. Namun pekerjaan kanselerai tidaklah sedikit. Seperti pegawai lainnya, hal rutin yang setiap bulan harus dilakukan diantaranya melapor ke pusat (Kemlu). Laporan keuangan yang paling krusial. Tanpa laporan maka uang tidak akan dikirim dari pusat. Karena selain untuk membayar gaji, juga untuk membiayai keperluan melakukan tugas diplomasi serta kebutuhan operasional seperti membayar sewa premises (gedung/kantor/wisma), utilities (listrik/air/gas/telepon/internet/tv kabel), BBM, membeli peralatan kantor, dan lain-lain.
Banyak pengalaman seperti bertemu tokoh penting, mengenal ciri khas masyarakat setempat dan negara sekitarnya serta kehidupan masyarakat Indonesia di Portugal. Juga pengalaman bertemu dengan tokoh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan yang berkunjung kesana.
Hal yang bisa dipelajari dari negara Portugal adalah sejarah kedekatannya dengan Indonesia. Di masa kejayaannya pada abad 15, merupakan bangsa Eropa pertama yang menginjakkan kakinya di Indonesia tepatnya di Pulau Banda, Maluku (1512) untuk menguasai perdagangan buah Pala yang terkenal dan mahal saat itu. Pengaruh Portugis cukup besar bagi Indonesia diantaranya 2000-an kata dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Portugis, seperti minggu, meja, jendela, bendera, kemeja, tempo, roda, bolu, bola, dua, dan lainnya. Hal yang jarang diketahui orang adalah Portugal juga pernah dikuasai oleh Arab selama 500 tahun (711-1249). Pengaruh Arab di Portugal diantaranya benteng pertahanan yang hampir ada di setiap kota, nama-nama kota kecil berbahasa Arab seperti Alcantara, Algarve, Alfama, Alentejo. Juga melimpahnya hasil pertanian zaitun. Kebiasaan sehari-hari makan buah zaitun dan minyak zaitun untuk olesan roti, salad, ataupun menumis.
Anak-anakku juga banyak memperoleh pelajaran yang serba baru disana. Budaya, kebiasaan, teman dan bahasa yang tentunya berbeda sekali. Tanpa mengeluh mereka mampu menghadapi rintangan yang tidak mudah sewaktu proses menyesuaikan diri. Dari awal yang tidak mengerti bahasa Portugis sama sekali, akhirnya selama 3 tahun disana, alhamdulillah bisa naik kelas dan lulus. Anak-anakku bukan anak dengan prestasi istimewa tapi pengalaman bergaul dengan orang asing sudah tidak takut lagi. Yang kubanggakan adalah karena mereka memiliki kepercayaan untuk menjadi dirinya sendiri. Itu sudah menjadi bekal awal yang baik untuk hidup ke depannya.
Selesai tugas 3 tahun dari Lisabon, aku kembali bekerja di Kemlu pusat seperti biasa menjadi PNS di salah satu Ditjen yaitu Ditjen Hukum dan Perjanjian Internasional. Disini pun berkutat di fungsi keuangan. Pengalaman di pusat bisa kuterapkan saat aku bertugas di perwakilan. Dalam waktu 4 tahun di pusat, setelah melalui pendidikan dan pelatihan yang harus lulus juga, pada September 2015 kembali ditugaskan ke salah satu perwakilan yaitu KBRI Brussel, Belgia.
Gedung KBRI Brussel
Dengan tugas dan kondisi yang sama, berangkatlah keluarga lengkapku kesana. Saat itu 3 anakku sudah lebih besar. Yang pertama 19 tahun tetap memilih melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Yang ke-dua 18 tahun melanjutkan SMA kelas 3 di Sekolah Indonesia Netherlands (SIN) di Den Haag, Belanda. Sedangkan yang, ke tiga 11 tahun bersekolah di sekolah setempat kelas 5 SD. Masalah lebih fokus pada anak ke tiga karena sekolah setempat berbahasa Perancis. Tentu tidak mudah karena dari tidak pernah belajar bahasa Perancis sama sekali, lalu langsung terjun di kelas yang bahasanya beda sama sekali. Namun hal tersebut telah dapat dilaluinya dan bersyukur selama 3 tahun disana dapat naik kelas dan lulus.
Bersama Duta Besar RI, Bapak Yuri O. Thamrin & DCM, Bapak Dupito Simamora, KBRI Brussel (2018)
KBRI Brussel termasuk perwakilan RI yang lebih besar dibanding KBRI Lisabon. Yang harus diurus lebih banyak karena jumlah diplomatnya ada 14, atase teknis 4, petugas komunikasi 2, staf kanselerai 2, dan pegawai setempat 33 serta jumlah masyarakat Indonesia sebanyak 2000-an orang. Total ada 55 pegawai. Aset yang dimiliki pun lebih banyak, diantaranya 2 gedung kantor, 2 wisma, 11 kendaraan. Tugas staf kanselerai di KBRI Brussel pun tidak sedikit, oleh karenanya, terdapat 2 staf kanselerai disana.
Banyak pengalaman juga di negara ini yang dikenal sebagai negara dengan akses mudah dapat bepergian ke negara-negara di sekelilingnya karena dekat. Dalam waktu perjalanan kurang lebih 1,5 jam ke bagian Utara sudah mencapai perbatasan Belanda, 1,5 jam ke Selatan sudah mencapai Perancis, 1,5 jam ke Timur sudah mencapai Jerman, dan 2 jam ke Barat sudah mencapai Inggris. Letak Belgia yang strategis karena terletak di tengah sebagai pusatnya Eropa. Terdapat Parlemen Eropa disana. Oleh karena itu, penduduknya pun multi kultural karena selain berasal dari negara koloninya yaitu Maroko, Kongo, Rwanda, Burundi, juga beragam negara ada disana. Oleh karena itu, tidak akan asing mendengar banyak bahasa saat di keramaian. Keunikan Belgia lainnya adalah bahasa nasionalnya ada 2 yaitu Perancis dan Belanda. Kebanyakan penduduknya bisa kedua bahasa ini seperti halnya di Indonesia, minimal menggunakan 2 bahasa, selain berbahasa Indonesia juga berbahasa daerah.
Portugal dan Belgia, masing-masing memiliki keunikan sendiri. Kami harus membawa nama baik Indonesia dan menghormati kebiasaan penduduk negara setempat. Seperti pepatah orang tua dulu, dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Juga pepatah Cina “Ketika kamu menerima diri kamu sendiri, seluruh dunia pun menerima kamu”- Lao Tzu. Hal baik untuk disimpan, diterapkan, dan ditularkan. Hal buruk untuk menjadi pelajaran hidup.
Blog ini adalah kenangan cerita perjalanan yang terpenting dalam setengah abad hidupku. Bukan berarti perjalanan lainnya tidak penting. Justru itu yang telah membentuk aku menjadi seperti sekarang. Salam.
Depok, 29 Juli 2020
Wah keren sekali pengalaman nya kak,
BalasHapusKakak Pengisah Lasak juga keren. Makasih sudah berkunjung. Btw, Lasak itu apa kak?
Hapus